Profesor. Dr. As-Sayyid Abdullah Baharun - Sang Pembaharu Pemikiran Modern

 



Profesor. Dr. As-Sayyid Abdullah Baharun

Sang Pembaharu Pemikiran Modern

Segala puji bagi Allah Swt. Dzat yang telah menghidupkan kembali agama Islam, dan menjadikannya sebagai penerang demi menyangkal kecurigaan orang-orang yang melampaui batas, Dzat yang telah memunculkan pelita hidayah dan keyakinan. Selawat beserta salam semoga terlimpah-curahkan kepada kekasih-Nya, Al-Musthafa, Manusia Pilihan, Imamnya para Rasul, Nabi Muhammad Saw.

Dalam rangka penerimaan metodis yang ketat dari Fakultas Syariah dan Hukum, lembaga akademik Universitas al-Ahgaff berupaya mengalokasikan beberapa materi ilmiah yang diajarkan dengan metodologi khusus serta visi modern yang didasari oleh pembangunan iman, mengaktifkan pemikiran dan menangkal kebuntuan, serta mencari fenomena nyata untuk melawan syubhaat ( pemikiran yang diselewengkan ) yang sudah tersebar.

Dari titik ini, para mahasiswa dan staf pengajar turut ber-talaqqi, mengambil materi ini dari seseorang berkepribadian luar biasa, yang memiliki pengetahuan luas dan visi intelektual yang mendalam, serta peneliti ilmiah yang menyeluruh, dan penalaran logis berdasarkan pada prinsip-prinsip Syariah dengan dipersenjatai wawasan dan logika yang matang.

Sosok tersebut adalah al-Habib Abdullah bin Muhammad Baharun—semoga Allah melindunginya.

Saya tidak berlebihan tatkala—melihat dari sudut pandang saya yang mencinta—mengatakan bahwa Beliau adalah inovator modern. Bahkan, saya tidak menemukan siapa pun yang mampu menyaingi Beliau di ranah intelektual yang istimewa ini, meskipun faktanya saya sering bergabung dengan beberapa kelompok dalam aspek ini.

Saya akan jelaskan, dalam tulisan ini, beberapa ringkasan sederhana mengenai pandangan beliau dalam beberapa mata kuliah intelektual yang berkaitan dengan studi doktrin kepercayaan (pemikiran ideologis) dan bank Islam (pemikiran finansial).


Mata Pelajaran Aqidah (Pemikiran Ideologis):

Mungkin terlintas di benak kita ketika melihat judul mata kuliah ini, bahwa metodologi pembelajaran ini akan menjadi metodologi tradisional berdasarkan pelajaran teks kitab beserta penjelasannya. Maka kami mengatakan, bahwa memang metode tersebut adalah metode penting yang sangat diperlukan bagi setiap pelajar agama, tetapi metode tersebut harus diiringi dengan praktek atau penerapan dalam menanggapi pemahaman-pemahaman modern yang mencurigakan.

Dari sini kita tahu bahwa al-Habib berangkat dari paham mendalam yang didasari oleh konsolidasi prinsip iman, adu argumen yang dapat melawan orang-orang kafir, dan membungkam pemalsuan orang-orang kafir kontemporer, membongkar pemikiran palsu mereka, menyinkronkan antara dalil Naqli dan dalil 'Aqli, menghubungkan makrifah dengan ilmu pengetahuan dan dasar perenungan atau pertimbangan, pengkajian, kemudian pengakuan dan penerimaan dengan sepenuhnya.

Dari pengakuan inilah kita dapat mencapai petunjuk Allah yang didasari oleh Ilmu Ilahiah yang sempurna. Dan menjauhkan kita dari jalan Setan dan kesesatan, serta menjauhi pencarian dan pemikiran yang berdasarkan bisikan jahat, paham skeptis, penuh kontradiksi, kebohongan dan kesesatan.

Dapat dipahami bahwa al-Habib telah membentuk kembali pikiran modern, yang telah dikelilingi oleh pandangan yang tidak berdasar.

Kami juga menemukan bahwa kursus langka dalam memahami pemikiran ideologis ini membangun mentalitas yang disiapkan dan dijiwai dengan keyakinan yang benar, yang mampu menangani trik-trik intelektual yang berupaya mengarahkan sikap Taslim ( penyerahan sempurna ) ke bawah selubung ilmu pengetahuan dan pengalaman.

Dan, dengan metode yang unik ini kita memenuhi syarat untuk mengetahui tugas besar yang dipercayakan Allah Swt. kepada kita dengan membawa amanah dan membimbing umat manusia.



Ekonomi dan Perbankan Islam (Pemikiran Keuangan):

Dalam materi ini, al-Habib menempuh metodologi yang sama untuk menjelaskannya, mencoba mengidentifikasi realitas ekonomi dunia modern, dan mempelajari ide-ide kontemporer dengan visi intelektual yang tepat, mencari esensi hubungan antara dunia uang dan dunia nafsu.

Kami juga menemukan bahwa Beliau memperdalam bidang studi dengan menggabungkan beberapa faktor tidak langsung yang menjadi penyebab kurangnya penghidupan serta banyaknya kebutuhan.

Untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang apa yang terjadi dalam realitas penghudupan, dapat kita temukan penjelasan Beliau berdasarkan pada prinsip perubahan perilaku manusia dan hilangnya unsur kemanusiaan yang menyimpang yang asal-muasalnya dari Setan.

Seperti yang ditunjukkan al-Habib dalam pemikiran umum tentang konsep mata pencaharian bahwa ada sebagian besar kebutuhan ekonomi bersama yang didasari pada ilusi, khayalan, dan kepuasan hasrat psikologis.

Kemudian beliau meyebutkan adanya eksploitasi manusia yang terjadi di masyarakat saat ini, dan usaha keras beberapa kelompok untuk menggapai kekayaan, walaupun dengan mengorbankan umat manusia. Dengan memproduki senjata dan mempromosikan industri cabul. Mereka memiliki berbagai macam cara, yang mereka namai dengan 'Lingkaran Setan', seperti:

1 - Memaksimalkan hal-hal yang tidak diperlukan dengan bantuan media (seperti iklan untuk produk tertentu).
2 - Dekorasi cabul
3 - Godaan finansial yang hebat.
4 - Jatuh ke tali Setan.

Beliau juga memperingatkan bahaya sistem ekonomi modern yang dikuasi oleh perusahaan-perusahaan besar, dan pengarahan ekonomi global untuk melayani tujuan-tujuan tertentu dan menjarah kekayaan negara-negara berkembang.

Dan, Beliau sampai saat ini senantiasa menyampaikan sisa materi ceramahnya di dua mata kuliah tersebut dan limpahan wawasannya senantiasa mengalir tanpa jeda—semoga Allah memberikan manfaat bagi kita semua.

Setelah menyebutkan hal di atas, kita sadar bahwa kita berada di depan mentalitas intelektual modern, dan selayaknya bagi kita tuk mengerahkan segala upaya untuk mengambil manfaatnya dan berusaha semakimal mungkin untuk mengambil untaian mutiara hikmah yang beliau sampaikan.

Oleh: Ust Hasyim ibn Alwi Mugebel

(Penerjemah: Maulana Kamal, mahasiswa tingkat tiga, Fakuktas Syariah wal Qonun, Universitas al Ahgaff)

reposted by : Amalina Yuda, mahasiwi tingkat dua, Fakultas Dirosah Islamiyah wa Ilm Syariah , Universitas Al-Ahgaff

=====

 


Postingan Populer