Sejarah dan Keutamaan Ratib Al-Attas
Sejarah
Ratib Al-Attas
Wirid ini di susun oleh Al-‘Alamah Al-Habib Umar Bin
Abdurrahman Al-Attas.
Beliau dilahirkan di desa Lisk dekat dengan desa Ainat, di
bagian bawah negeri Hadhramaut, di akhir abad ke-10, tepatnya pada tahun 229H.
Sejak kecilnya beliau diasuh dan dididik oleh ayah beliau
sendiri, al-Habib Abdur Rahman bin Aqil.
Meskipun mata beliau buta sejak kecil, tetapi Allah
memberinya kecerdasan otak dan pandangan hati (Bashirah), sehingga beliau mudah
menghafal apa saja yang pernah didengarnya.
Beliau adalah keturunan Rasulullah S.A.W dan merupakan ulama
besar di bumi Hadramaut , Yamen.
Kelebihan Ratib Al Attas
Berkata sebilangan ulama ahli salaf, antara keutamaan ratib
ini bagi mereka yang tetap mengamalkannya, adalah dipanjangkan umur, mendapat
Husnul-Khatimah, menjaga segala kepunyaannya di laut dan di bumi dan senantiasa
berada dalam perlindungan Allah.
Bagi mereka yang mempunyai hajat yang tertentu, membaca ratib pada suatu tempat
yang kosong dengan berwuduk, mengadap kiblat dan berniat apa kehendaknya,
InshaaAllah dimustajabkan Allah.
Para salaf berkata ia amat mujarrab dalam menyampaikan segala permintaan jika
dibacanya sebanyak 41 kali.
Antara kelebihan Ratib Al-Attas ini adalah:
Ia menjaga rumahnya dan 40 rumah-rumah jirannya dari
kebakaran, kecurian dan terkena sihir. As-Syeikh Ali Baras berkata: “Apabila
dibaca dalam suatu kampung atau suatu tempat, ia mengamankan ahlinya seperti
dijaga oleh 70 pahlawan yang berkuda”.
Ratib ini mengandungi rahsia-rahsia yang bermanfaat. Mereka
yang tetap mengamalkannya akan diampunkan Allah dosa-dosanya walaupun sebanyak
buih di laut.
Bagi mereka yang terkena sihir dan membaca ratib,
Insya-Allah diselamatkan Allah dengan berkat Asma’ Allah, ayat-ayat al-Quran
dan amalan Nabi Muhammad s.a.w.
Al-Habib Husein bin Abdullah bin Muhammad bin Mohsen bin
Husein al-Attas berkata: “Mereka yang mengamalkan ratib dan terpatuk ular
nescaya tidak akan terjadi apa-apa pada dirinya. Bagi orang yang takut nescaya
akan selamat dari segala yang ditakuti. Pernah ada seorang yang diserang oleh
15 orang pencuri dan dia selamat.” Itulah serba sedikit kelebihan ratib yang di
susun oleh Habib Umar Bin Abdurahman Al-Attas. Segala hajat yang terbuku di
hati insyaAllah dikabulkan oleh Allah.
|
|
Waktu membaca Ratib al-Attas
Disebutkan di dalam kitab al-Qirtas: “Telah menjadi tradisi bagi para sesepuh
kami, khususnya tradisi dari al-Habib Husein bin Umar membaca Ratib al-Attas
adalah setelah solat Isya’. Kebiasaan itu dilakukan oleh Habib Husein beserta
pengikut-pengikutnya secara turun-temurun kecuali di bulan Ramadhan. Adapun di
bulan Ramadhan bacaan ratib itu dibaca sebelum solat Isya’. Tetapi bagi yang
gemar berzikir banyak yang membaca ratib al-Attas ini di waktu pagi dan di
waktu sore, sebab di antara kalimat-kalimat yang dizikirkan ada zikir-zikir
yang disunnahkan untuk membacanya di waktu pagi dan di waktu sore seperti
tertera di dalam hadis-hadis Nabi s.a.w.
Dikatakan oleh Habib Ali bin Hasan al-Attas di dalam kitab al-Qirtas bahawa
Habib Umar suka membaca ratibnya secara rahsia tanpa suara, sebab beliau
menginginkan bacaan ratibnya itu lebih berkesan di hati yang membacanya dan
lebih ikhlas karena Allah. Hal itu sesuai dengan firman Allah:
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa
takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan
janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai”.(Al A’raf: 205)
Dan firman Allah:
“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk-buruk suara ialah suara keledai”.
(Luqman: 19)
Jika ratib al-Attas ini dibaca secara berkelompok, maka hendaklah dibaca dengan
suara yang tiada terlalu keras dan tiada terlalu pelan, sesuai dengan firman
Allah:
“Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam solatmu dan janganlah pula selalu
merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara keduanya”. (Al-Isra’: 110)
(Repost Kebaikan)